Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the spidermag-pro domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/artikelb234boke/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Cerita Sex Terpikir Oleh Panorama Menarik - Artikel Bokep - Artikel Cerita Seks - Artikel Sex Dewasa - Cerita Dewasa

Cerita Sex Terpikir Oleh Panorama Menarik

Cerita Sex Terpikir Oleh Panorama Menarik

Comments Off on Cerita Sex Terpikir Oleh Panorama Menarik

Cersex PembantuNarasi Seks Terpikir Oleh Panorama Menarik – Mbak Yuni ialah anak tetangga nenekku di dusun wilayah Cilacap yang turut dengan keluargaku di Kota Semarang semenjak SMP. Waktu SD dia sekolah di dusun, kemudian dia dibawa keluargaku di kota untuk meneruskan sekolah sekalian menolong keluargaku khususnya menjaga saya. Kami benar-benar dekat bahkan juga di kerap ngeloni saya. Mbak Yuni turut dengan keluargaku sampai ia lulus SMA atau saya kelas 2 SD dan ia lagi ke dusun. Namanya anak kecil, menjadi saya tidak ada hati apapun padanya.

Kemudian kami jarang-jarang berjumpa, paling-paling cuma satu tahun satu atau 2x. 3 tahun selanjutnya dia menikah dan waktu saya kelas dua SMP saya harus berpindah luar Jawa ke Kota Makassar meng ikuti ayah yang dipindahkan pekerjaan. Kemudian kami sebelumnya tidak pernah berjumpa kembali. Kami cuma terkait melalui surat dan beritanya dia saat ini sudah mempunyai seorang anak. di saat saya lulus SMA saya pulang ke rumah nenek dan punya niat cari tempat kuliah di Kota Yogya.

Sesampainya di dalam rumah nenek saya tahu jika Mbak Yuni telah mempunyai rumah sendiri dan tinggal dengan suaminya di dusun seberang. Sesudah 2 hari di dalam rumah nenek saya punya niat berkunjung rumah Mbak Yuni. Sesudah dikasih tahu arah tempat tinggalnya (sekitaran 1 km) saya pergi kurang lebih jam tiga sore dan punya niat bermalam. Dari sini narasi ini bermula.

Narasi Seks Terpikir Oleh Panorama Menarik
Narasi Seks Terpikir Oleh Panorama Menarik
Narasi Seks Terpampang Sesudah jalan lebih kurang 20 menit, pada akhirnya saya sampai di dalam rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang disebutkan nenek. Sesaat kuamati keliatannya sepi, lantas saya coba mengetuk pintu tempat tinggalnya.

“Ya sesaat..” kedengar sahutan wanita dari dalam.

Selang beberapa saat keluar seorang wanita dan saya tetap mengenal muka itu walaupun lama tidak berjumpa. Mbak Yuni kelihatan manis dan kulitnya masih putih seperti dahulu. Ia kelihatannya tidak mengenalku.

“Mencari siapa ya? bertanya Mbak Yuni”.
“Anda Mbak Yuni kan?” saya kembali menanyakan.
“Iya betul, anda siapa ya dan ada kepentingan apa?” Mbak Yuni menanyakan lagi dengan raut muka yang berusaha mengingat.
“Masih inget dengan aku tidak Mbak? Saya Aris Mbak, masak lupa dengan aku”, kataku.
“Kamu Aris anaknya Pak Tono?” kata Mbak Yuni 1/2 tidak yakin.
“Ya ampun Ris, saya tidak ngenalin kamu kembali. Berapakah tahun coba kita tidak berjumpa.” Kata Mbak Yuni sekalian merengkuh badanku dan menciumi mukaku.

Saya terkejut 1/2 mati, baru ini kali saya diciumi seorang wanita. Saya rasa buah dadanya menekan dadaku. Ada hati lain ada saat itu.

“Kamu kapan hadirnya, sama siapa” kata Mbak Yuni sekalian melepaskan dekapannya.
“Saya tiba dua hari kemarin, saya cuma sendiri.” kataku.
“Eh iya mari masuk, sampai lupa, mari duduk.” Ucapnya sekalian menyeret tanganku.

Kami selanjutnya duduk di ruangan tamu sekalian mengobrol mana-mana, mahfum lama tidak tetemu. Mbak Yuni duduk berdempetan denganku. Sudah pasti buah dadanya melekat pada lenganku. Saya sedikit terangsang karena ini, tetapi saya coba hilangkan pikiran ini karena Mbak Yuni telah saya kira sebagai keluarga sendiri.

“Eh iya sampai lupa buatkan kamu minum, kamu tentu haus, sesaat ya..” kata Mbak Yuni ditengah-tengah perbincangan.

Selang beberapa saat dia tiba, “Mari ini diminum”, kata Mbak Yuni.

“Kok sepi, pada ke mana Mbak?” Tanyaku.
“Oh kebenaran Mas Heri (suaminya Mbak Yuni) pergi kerumah orang tuanya, ada kepentingan, gagasannya esok pulangya dan sang Dani (anaknya Mbak Yuni) turut” jawab Mbak Yuni.
“Belum mempunyai Adik Mbak dan Mbak Yuni kok tidak turut?” tanyaku kembali.
“Belum Ris walau sebenarnya sudah ingin lho.. tetapi memang dapatnya lama mungkin ya, seperti sang Dani dahulu. Mbak Yuni mengurusi rumah menjadi tidak dapat turut” ucapnya.
“Eh kamu nginep di sini kan? Mbak masih rindu lho dengan kamu” ucapnya kembali.
“Iya Mbak, barusan telah pamit kok” kataku.
“Kamu mandi dahulu sana, nanti terburu dingin” kata Mbak Yuni.

Lantas saya pergi mandi ada di belakang rumah dan sesudah usai saya lihat-lihat kolam ikan ada di belakang rumah dan kusaksikan Mbak Yuni giliran mandi. Lebih kurang lima belas menit, Mbak Yuni usai mandi dan saya kaget karena dia cuma kenakan handuk yang dililitkan di badannya. Saya pastikan dia tidak menggunakan BH dan mungkin CD karena tidak saya saksikan tali BH menggantung di bahunya.

“Sayang Ris ikannya tetap kecil, tidak dapat buat lauk” kata Mbak Yuni sekalian mengambil langkah ke arahku lantas kami bercakap sesaat mengenai kolam ikannya.

Kusaksikan buah dadanya sedikit menyembul dari bebatan handuknya dan ditambahkan berbau wangi badannya membuatku terangsang. Selang beberapa saat dia pamit ingin mengganti pakaian. Mataku tidak lepas memerhatikan badan Mbak Yuni dari belakang. Kulitnya betul-betul putih. Sepasang pahanya putih mulus kelihatan terang membuat burungku berdiri. Ingin rasanya saya lepas handuknya lantas meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan burungku seperti pada bokep yang kerap saya saksikan. Sesaat saya berangan-angan lantas kucoba hilangkan angan-angan tersebut.

Haripun ganti petang, udara dingin pegunungan mulai berasa. Sesudah makan malam kami menonton teve sekalian bercakap beberapa hal, sampai tidak berasa telah jam sembilan.

“Ris kelak kamu tidur dengan aku ya, Mbak rindu lho ngeloni kamu” kata Mbak Yuni.
“Apa Mbak?” Kataku kaget.
“Iya.. Kamu kelak tidur dengan aku saja. Inget tidak dahulu waktu kecil saya kerap ngeloni kamu” ucapnya.
“Iya Mbak saya inget” jawabku.
“Nach mari tidur, Mbak sudah mengantuk nih” kata Mbak Yuni sekalian bergerak mengambil langkah ke ruang tidur dan saya meng ikutinya dari belakang, pikiranku bercita-cita ngeres. Sampai dikamar tidur saya masih sangsi untuk naik ke tempat tidur.
“Mari menjadi tidur tidak?” bertanya Mbak Yuni.

Lantas saya naik dan berbaring disebelahnya. Saya deg-degan. Kami masih bercakap sampai jam 10 malam.

“Tidur ya.. Mbak sudah mengantuk sekali” kata Mbak Yuni.
“Iya Mbak” kataku meskipun sebetulnya saya belum mengantuk karena pikiranku makin ngeres saja terpikir-bayang panorama menarik sore barusan, apalagi sekarang Mbak Yuni terbujur di sampingku, kurasakan burungku mengeras.

Saya melihat ke Mbak Yuni dan kusaksikan dia sudah tertidur pulas. Dadaku makin berdebar-debar kuat tidak tahu apakah yang harus saya kerjakan. Ingin saya masturbasi karena tidak tahan, ingin saya merengkuh Mbak Yuni dan nikmati badannya, tetapi itu mustahil pikirku. Saya berusaha hilangkan pikiran kotor itu, tetapi masih tetap tidak dapat sampai jam 11 malam. Lantas saya putus kan untuk menyaksikan paha Mbak Yuni sekalian saya masturbasi karena kebingungan dan sudah tidak kuat kembali.

Dengan dada berdebar saya membuka selimut yang tutupi kakinya, selanjutnya dengan perlahan-lahan saya singkapkan roknya sampai celana dalam hitamnya terlihat, dan kelihatanlah sepasang paha putih mulus dimukaku beitu dekat dan terang. Sebelumnya saya cuma ingin menyaksikannya saja sekalian berangan-angan dan lakukan masturbasi, tapi saya ingin rasakan bagaimana meraba-raba paha seorang wanita tetapi saya takut jika ia terjaga. Kurasakan burungku naik-lonjak seolah ingin menyaksikan apa yang membuat terjaga. Karena telah terkuasai gairah pada akhirnya saya nekad, kapan kembali jika tidak saat ini pikirku.

Dengan berhati-hati saya mulai meraba-raba paha Mbak Yuni di atas lutut lantas keatas, berasa lembut sekali dan kulakukan seringkali. Karena makin ingin tahu saya coba meraba-raba celana dalamnya, tapi mendadak Mbak Yuni terjaga.

“Aris! Apa yang kamu kerjakan!” kata Mbak Yuni secara kaget.

Dia lantas tutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lantas duduk sekalian menampar pipiku. Berasa sakit sekali.

Itil V3
“Kamu kok berani melakukan perbuatan kurang ajar pada Mbak Yuni. Siapakah yang ngajari kamu?” kata Mbak Yuni dengan geram.

Saya cuma dapat diam dan merunduk takut. Burungku yang semula demikian gagah saya rasa langsung menjadi kecil seolah lenyap.

“Tidak kusangka kamu dapat lakukan hal tersebut padaku. Awas kelak kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu” kata Mbak Yuni.
“Ja.. jangan Mbak” kataku ketakutan.
“Mbak Yuni kan salah” kataku kembali bela diri.
“Apa tujuanmu?” bertanya Mbak Yuni.

“Mbak Yuni tetap memandang saya anak kecil, walau sebenarnya saya kan sudah besar Mbak, telah lebih dari 17 tahun. Tetapi Mbak Yuni tetap perlakukan saya waktu seperti saya masih kecil, gunakan ngeloni saya Trus barusan sore , habis mandi Mbak Yuni cuma menggunakan handuk saja dimukaku. Saya kan lelaki normal Mbak” jelasku.

Kusaksikan Mbak Yuni cuma diam saja, lantas saya punya niat keluar kamar.

“Mbak.. izin, agar saya tidur saja di dalam kamar samping” kataku sekalian turun dari tempat tidur dan jalan keluar.

Mbak Yuni cuma diam saja. Sampai di dalam kamar samping saya rebahkan badanku dan menyumpahi diriku yang melakukan perbuatan bodoh dan memikirkan apa yang hendak terjadi esok. Lebih kurang 15 menit selanjutnya kudengar pintu kamarku diketok.

“Ris.. kamu masih bangun? Mbak bisa masuk tidak?” Kedengar suara Mbak Yuni di luar.
“Ya Mbak, silahkan” kataku sekalian berpikiran ingin apa ia.

Mbak Yuni masuk kamarku lantas kami duduk di pinggir tempat tidur. Saya saksikan mukanya tidak geram kembali.

“Ris.. Maafkan Mbak ya sudah nampar kamu” ucapnya.
“Semestinya saya yang meminta maaf sudah kurang ajar sama Mbak Yuni” kataku.
“Tidak Ris, kamu tidak salah, sesudah Mbak berpikir, apa yang kamu ucapkan barusan betul. Karena lama tidak berjumpa, Mbak masih memandang kamu seorang anak kecil seperti dahulu saya ngasuh kamu. Mbak tidak mengetahui jika kamu saat ini telah besar” kata Mbak Yuni.

Saya cuma diam dalam hatiku merasa lega Mbak Yuni tidak geram kembali.

“Ris, kamu benar ingin sama Mbak?” bertanya Mbak Yuni.
“Tujuan Mbak?” kataku kaget sekalian melihati mukanya yang kelihatan bagitu manis.
“Iya.. Mbak kan sudah tidak muda kembali, masa’ sich kamu tetap tertarik dengan aku?” ucapnya kembali.

Saya cuma diam, takut salah bicara dan membuat geram kembali.

“Tujuan Mbak.., jika kamu benar ingin sama Mbak, saya ikhlas kok melakukan sama kamu” ucapnya kembali.

Dengar hal tersebut saya tambah kaget, seolah tidak yakin.

“Apa Mbak” kataku kaget.
“Bukan apapun Ris, kamu jangan berpikir enggak-enggak sama Mbak. Ini cuma untuk memberikan keyakinan Mbak jika kamu sudah dewasa dan lain waktu tidak memandang kamu anak kecil kembali” kata Mbak Yuni

Kembali lagi saya cuma diam, seolah tidak yakin. Ingin saya menjelaskan iya, tetapi takut dan malu. Ingin menampik tetapi kupikir kapan kembali peluang semacam ini yang sejauh ini cuma dapat saya pikirkan.
“Bagaimana Ris? Tetapi sekali saja ya.. dan kamu harus janji ini jadi rahasia kita berdua” kata Mbak Yuni.
Saya cuma menggangguk kecil pertanda jika saya ingin.
“Kamu tentu tidak pernah kan?” kata Mbak Yuni.
“Belum Mbak, tetapi sebelumnya pernah saksikan di film” kataku.
“Jika demikian saya tidak perlu ngajari kamu kembali” kata Mbak Yuni.

Mbak Yuni lantas melepas pakaiannya dan kelihatanlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, saya diam sekalian memerhatikan, birahiku mulai naik. Lantas Mbak Yuni melepas roknya dan paha mulus yang saya gerayangi barusan kelihatan. Tangannya ditujukan ke belakang bahu dan BH itu juga lepas, sepasang buah dada memiliki ukuran sedang kelihatan benar-benar cantik dipadukan puting susunya yang muncul ke depan. Mbak Yuni lantas melepas CD hitamnya dan sekarang dia sudah telanjang bundar. Penisku berasa tegang karena baru pertama ini kali saya menyaksikan wanita telanjang langsung di depanku. Dia naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya telentang. Saya demikian kagum, pikirkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah tiduran di tempat tidur pas di depanku. Saya terheran dan sangsi untuk melakukan.

“Mari Ris.. apa yang kamu nantikan, Mbak udak siap kok, jangan takut, kelak Mbak tolong” kata Mbak Yuni.

Selekasnya saya melepas semua bajuku karena sebetulnya saya tidak tahan kembali. Kusaksikan Mbak Yuni memerhatikan burungku yang berdenyut, saya lantas naik ke atas tempat tidur. Karena tidak sabar,langsung saya mengawalinya. Langsung saya kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, berasa dia kurang melayani bibirku, kupikir mungkin suaminya sebelumnya tidak pernah melakukan, tetapi tidak saya pedulikan, terus saya lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lantas saya elus-elus dan remas buah dadanya sekalian kadang-kadang melintir puting susunya.

“Ooh.. Ris.. apa yang kau kerjakan.. ergh.. sshh..” Mbak Yuni mulai mendesah pertanda birahinya mulai naik, kadang-kadang kurasakan dia menelan ludahnya yang mulai mengental. Sesudah senang dengan bibirnya, sekarang mulutku kuarahkan ke bawah, saya ingin rasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sesaat saya pandangi buah dada yang sekarang pas ada di hadapanku, ooh benar-benar cantiknya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti tidak pernah tersentuh lelaki. Langsung saya jilati dimulai dari bawah lantas ke putingnya, dan buah dada kanannya masih tetap kuremas-remas hingga tambah kenyal dan mengeras.
“Emmh oh aarghh” Mbak Yuni mendesah luar biasa saat saya menggigit puting susunya.

Kulirik mukanya dan kelihatan matanya merem terbuka dan giginya menggigit bibir bawahnya. Sekarang jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disitu kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekitar memeknya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, berasa lubang itu sangat basah, pertanda jika dia telah betul-betul terangsang. Kupermainkan jari-jariku sekalian cari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku masuk keluar dalam lubang yang makin licin itu.

“Aargghh.. eemhh.. Ris kam.. mu ngapainn oohh..” kata Mbak Yuni meracau tidak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan tubuhnya mengeliat-geliat. Tidak kupedulikan ucapannya. Badan Mbak Yuni makin mengelinjang terkuasai gairah birahi. Kuarasakan badan Mbak Yuni menegang dan kusaksikan mukanya memeras bercucur keringat, kupikir ia mau klimaks. Kupercepat pergerakan jariku didalam memeknya.

“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Mbak Yuni dengan napas terengah-engah dan mendadak..
“Oohh aahh..” Mbak Yuni mendesah luar biasa dan pinggulnya terangkut, tubuhnya tergetar luar biasa seringkali. Berasa cairan hangat penuhi memeknya.
“Ohh.. ohh.. emhh..” Mbak Yuni tetap mendesah-desah menghayati kepuasan yang baru dicapainya.
“Ris apa yang kamu kerjakan kok Mbak dapat seperti begini” bertanya Mbak Yuni.
“Mengapa emangnya Mbak? Kataku.
“Baru ini kali saya rasakan nikmat semacam ini, hebat” kata Mbak Yuni.

Dia lantas menceritakan jika sepanjang bersama suaminya dia sebelumnya tidak pernah memperoleh kepuasan, karena mereka cuma sesaat saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat usai.

“Mbak saat ini giliranku” kubisikkan ditelinganya, Mbak Yuni menggangguk kecil.

Saya mulai mencumbunya kembali. Kulakukan seperti barusan, dimulai dari bibirnya yang kulumat, lantas buah dadanya yang saya cicipi, tidak lupa jari-jariku kupermainkan di saat memeknya.

“Aarghh.. emhh.. ooh..” kedengar Mbak Yuni mulai mendesah-desah kembali pertanda dia sudah terangsang.

Sesudah saya rasa cukup, saya ingin selekasnya rasakan bagaimana rasanya menusukkan burungku ke saat memeknya. Saya menjajarkan badanku di atas badannya dan Mbak Yuni tahu, dia lantas mengangkangkan pahanya dan kuarahkan burungku ke memeknya. Setelah tiba dimukanya saya sangsi untuk melakukan.

“Mari Ris jangan takut, masukkan saja” kata Mbak Yuni.

Pelan-pelan saya masukan burungku sekalian kunikmati, bless berasa nikmat waktu itu. Burungku gampang saja masuk memeknya karena sangat basah dan licin. Sekarang mulai kugerakkan pinggulku turun naik pelan-pelan. Ohh enaknya.

“Bisa lebih cepat Ris arghh.. emhh” kata Mbak Yuni terputus-putus dengan mata merem-melek.

Saya mempercepat pergerakanku dan kedengar suara berkecipak dari memeknya.

“Iya.. demikian.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Mbak Yuni berbicara tidak karuan.

Keringat kami bercucur deras sekali. Kusaksikan mukanya makin memeras.

“Ris, Mbak ingin.. sedap kembali.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Mbak Yuni sekalian mendesah panjang, badannya tergetar dan kurasakan memeknya disanggupi cairan hangat menyirami penisku.

Remasan dinding memeknya demikian kuat, aku juga mempercepat pergerakanku dan.. croott.. aku juga capai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di saat memeknya. Kurasakan nikmat yang hebat, berulang-kali lebih nikmat dibanding saat saya masturbasi. Saya dekap badannya erat-erat sekalian mengecup puting susunya nikmati kepuasan seks yang sebenarnya yang baru saya rasa pertama kalinya dalam hidupku. Sesudah cukup kumenikmatinya saya cabut burungku dan merebahkan tubuhku disampinya.

“Mbak Yuni, terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sekalian kukecup pipinya.
“Mbak Ris.. baru ini kali Mbak merasa kan kepuasan semacam ini, kamu luar biasa” kata Mbak Yuni lantas mengecup bibirku.

Kami berdua lantas tidur karena kecapaian.

Kurang lebih jam 3 pagi saya terjaga dan merasa haus sekali, saya ingin cari minum. Saat saya baru ingin turun dari tempat tidur, Mbak Yuni terjaga.

“Kamu ingin ke mana Ris..” ucapnya.
“Saya ingin mencari minum, saya haus. Mbak Yuni ingin?” Kataku.

Dia cuma menggangguk kecil. Saya mengambil selimut untuk tutupi anuku lantas saya ke dapur dan kuambil sebotol air putih.

“Ini Mbak minumnya” kataku sekalian kusodorkan satu gelas air putih.

Saya duduk di pinggir tempat tidur sekalian melihati Mbak Yuni yang badannya tertutupi selimut minum air yang kuberikan.

“Ada apakah Ris, kok kamu melihati Mbak” ucapnya.
“Ah tidak Papah. Mbak elok” kataku sedikit membujuk.
“Ah kamu Ris, dapat saja, Mbak kan sudah tua Ris” kata Mbak Yuni.
“Benar kok, Mbak justru semakin elok saat ini” kataku sekalian kukecup bibirnya.
“Ris.. bisa tidak Mbak meminta suatu hal” kata Mbak Yuni.
“Meminta apa Mbak?” tanyaku ingin tahu.
“Ingin tidak kamu jika..” kata Mbak Yuni berhenti.
“Jika apa Mbak?” kataku penuh tanda pertanyaan.
“Jika.. jika kamu emm.. melakukan kembali” kata Mbak Yuni dengan malu sekalian merunduk, kelihatan pipinya memeras.
“Lho.. ucapnya barusan, sekali saja ya Ris.., tetapi saat ini kok?” kataku memikatnya.
“Ah kamu, kan barusan Mbak tidak ngira akan seperti begini” ucapnya manja sekalian mencubit lenganku.
“Dengan suka hati saya akan layani Mbak Yuni” kataku.

Sebetulnya saya baru ingin ajaknya kembali, e.. justru ia lebih dulu. Rupanya Mbak Yuni suka. Memang betul bila seorang wanita sebelumnya pernah merasa senang, ia sendiri yang hendak minta. Kami mulai bercumbu kembali, ini kali saya ingin nikmati dengan dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati tiap inch badannya, karena sekarang saya tahu Mbak Yuni juga ingin. Seperti barusan, pertama kali bibirnya yang kunikmati. Dengan penuh kehalusan saya melumat-lumat bibir Mbak Yuni.

Saya semakin berani, kugunakan lidahku untuk memotong bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak Yuni mulai berani, lidahnya dimainkan hingga lidah kami sama-sama beradu, membuatku makin kerasan saja lama-lama nikmati bibirnya. Tanganku seperti barusan, bekerja di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal dimulai dari lembah sampai ke pucuknya lantas saya pelintir putingnya hingga membuat menggelinjang dan mengelinjang. Dua bukit kembar itu juga makin mengeras. Dia menggigit bibirku saat kupelintir putingnya.

Saya telah senang dengan bibirnya, sekarang mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan cepat lidahku menari-nari di atas bukitnya yang putih mulus tersebut. Tanganku masih tetap meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kusaksikan mata Mbak Yuni benar-benar redup, dan dia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya keluarkan desahan erotis.

“Oohh.. arghh.. en.. ennak Ris.. emhh..” kata Mbak Yuni mendesah-desah.

Mendadak tangannya menggenggam tanganku yang meremas-remas dadanya dan menggeretnya ke selangkangannya. Saya memahami apa yang diinginnya, ternyata dia ingin saya selekasnya permainkan memeknya. Jari-jarikupun selekasnya bergerilya di memeknya. Kugerakkan jariku masuk keluar dan kuelus-elus klentitnya membuat makin menggeliat tidak karuan.

“Ya.. terruss.. aarggghh.. emmhh.. sedap.. oohh..” mulut Mbak Yuni meracau.

Setiap Mbak Yuni berasa ingin capai klimaks, saya stop jariku menyerang memeknya, sesudah ia cukup tenang, saya mempermainkan kembali memeknya, kulakukan seringkali.

“Emhh Ris.. mari donk jangan demikian.. kau jahat oohh..” kata Mbak Yuni meminta.

Dengarnya membuatku merasa kasihan , tetapi saya tidak membuat klimaks dengan jariku tapi dengan mulutku, saya betul-betul ingin coba semua yang dulu pernah saya saksikan di bokep.

Selekasnya saya tujukan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekitar memeknya dan kelihatanlah memeknya yang merah dan mengkilat basah, benar-benar cantik karena baru ini kali menyaksikannya. Saya cukup sangsi untuk melakukan, tapi rasa penasaranku seperti apakah sich rasanya menjilat-jilati memek semakin lebih besar. Selekasnya saya jilati lubang itu, lidahku kujulurkan masuk keluar.

“Ris.. apa yang kamu kerjakan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Mbak Yuni.

Dia kaget saya memakai mulutku untuk menjilat-jilati memeknya, tetapi saya tidak hiraukan ucapannya. Saat lidahku sentuh kelentitnya, dia mendesah panjang dan badannya menggelinjang tidak karuan dan selang beberapa saat badannya tergetar seringkali, tangannya mencekram sprei dan mulutku dipenuhi cairan yang keluar lubang kewanitaannya.

“Ohmm.. emhh.. ennak Ris.. aahh..” kata Mbak Yuni saat dia klimaks.

Sesudah Mbak Yuni usai nikmati kepuasan yang didapatnya, saya mencumbunya lagi kembali karena saya ingin capai kepuasan.

“Giliran Mbak di atas ya saat ini” kataku.
“Bagaimana Ris saya tidak tahu” kata Mbak Yuni.

Dibanding saya menerangkan, langsung saya praktikkan. Saya tidur terlentang dan Mbak Yuni saya suruh mengambil langkah di atas burungku, nampaknya dia mulai memahami. Tangannya menggenggam burungku yang tegang luar biasa lantas pelan-pelan pinggangnya di turunkan dan memeknya ditujukan ke burungku dan dalam waktu cepat bless burungku lenyap ditelan memeknya. Mbak Yuni lantas mulai lakukan pergerakan turun naik, dia angkat pinggangnya dan saat sampai di kepala penisku dia turunkan kembali. Sebelumnya dia perlahan-lahan tetapi dia sekarang mulai percepat pergerakannya.

Kusaksikan mukanya sarat dengan keringat, matanya sayu sekalian merem terbuka dan kadang-kadang dia menyaksikan kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sangat seksi muka wanita yang terkuasai gairah birahi dan sedang berusaha untuk capai pucuk kepuasan. Muka Mbak Yuni kelihatan benar-benar elok semacam itu ditambah lagi dengan rambut sebahunya yang kelihatan berantakan terombang ambing pergerakan kepalanya. Buah dadanya juga terbuncang-guncang, lantas tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras saat jari-jariku melintir puting susunya.

“Oh emhh yaah.. ohh..” tersebut kata-kata yang keluar mulut Mbak Yuni.
“Saya tidak kuat kembali Ris..” kata Mbak Yuni sekalian stop gerakkan tubuhnya, saya tahu dia selekasnya capai klimaks.

Kurebahkan tubuhnya dan saya selekasnya memompa memeknya dan selang beberapa saat Mbak Yuni capai klimaks. Kuhentikan pergerakanku untuk biarkan Mbak Yuni nikmati kepuasan yang didapatnya. Kemudian saya cabut penisku dan kusuruh Mbak Yuni menungging lantas kumasukkan burungku dari belakang. Mbak Yuni kelihatan cuma pasrah saja pada apa yang saya kerjakan padanya. Dia cuma dapat mendesah kepuasan.

Sesudah senang dengan posisi ini, saya suruh Mbak Yuni tiduran kembali dan saya masukan kembali burungku dan memompa memeknya kembali karena saya ingin sekali akhirinya. Sesaat selanjutnya Mbak Yuni ingin klimaks kembali, mukanya memeras, badannya menggeliat ke sana kesini.

“Ahh.. oh.. Mbak ingin sedap kembali Ris.. arrghh ahh..” kata Mbak Yuni.
“Nantikan Mbak, ki kita bersama saya nyaris” kataku.
“Mbak sudah tidak tahan Ris.. ahh..” kata Mbak Yuni sekalian mendesah panjang, badannya tergetar luar biasa, pinggulnya terangkut naik. Cairan hangat menyirami burungku dan kurasakan dinding memeknya seolah-olah mengisap penisku demikian kuat dan pada akhirnya aku juga tidak kuat dan croott.. aku juga capai klimaks, oh my god enaknya hebat. Lantas kami sama-sama berangkulan kuat nikmati kepuasan yang barusan kami capai.

Narasi Seks Terpikir Oleh Panorama Menarik – Mbak Yuni ialah anak tetangga nenekku di dusun wilayah Cilacap yang turut dengan keluargaku di Kota Semarang semenjak SMP. Waktu SD dia sekolah di dusun, kemudian dia dibawa keluargaku di kota untuk meneruskan sekolah sekalian menolong keluargaku khususnya menjaga saya. Kami benar-benar dekat bahkan juga di kerap ngeloni saya. Mbak Yuni turut dengan keluargaku sampai ia lulus SMA atau saya kelas 2 SD dan ia lagi ke dusun. Namanya anak kecil, menjadi saya tidak ada hati apapun padanya.

Kemudian kami jarang-jarang berjumpa, paling-paling cuma satu tahun satu atau 2x. 3 tahun selanjutnya dia menikah dan waktu saya kelas dua SMP saya harus berpindah luar Jawa ke Kota Makassar meng ikuti ayah yang dipindahkan pekerjaan. Kemudian kami sebelumnya tidak pernah berjumpa kembali. Kami cuma terkait melalui surat dan beritanya dia saat ini sudah mempunyai seorang anak. di saat saya lulus SMA saya pulang ke rumah nenek dan punya niat cari tempat kuliah di Kota Yogya.

Sesampainya di dalam rumah nenek saya tahu jika Mbak Yuni telah mempunyai rumah sendiri dan tinggal dengan suaminya di dusun seberang. Sesudah 2 hari di dalam rumah nenek saya punya niat berkunjung rumah Mbak Yuni. Sesudah dikasih tahu arah tempat tinggalnya (sekitaran 1 km) saya pergi kurang lebih jam tiga sore dan punya niat bermalam. Dari sini narasi ini bermula.

Narasi Seks Terpikir Oleh Panorama Menarik
Narasi Seks Terpikir Oleh Panorama Menarik
Narasi Seks Terpampang Sesudah jalan lebih kurang 20 menit, pada akhirnya saya sampai di dalam rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang disebutkan nenek. Sesaat kuamati keliatannya sepi, lantas saya coba mengetuk pintu tempat tinggalnya.

“Ya sesaat..” kedengar sahutan wanita dari dalam.

Selang beberapa saat keluar seorang wanita dan saya tetap mengenal muka itu walaupun lama tidak berjumpa. Mbak Yuni kelihatan manis dan kulitnya masih putih seperti dahulu. Ia kelihatannya tidak mengenalku.

“Mencari siapa ya? bertanya Mbak Yuni”.
“Anda Mbak Yuni kan?” saya kembali menanyakan.
“Iya betul, anda siapa ya dan ada kepentingan apa?” Mbak Yuni menanyakan lagi dengan raut muka yang berusaha mengingat.
“Masih inget dengan aku tidak Mbak? Saya Aris Mbak, masak lupa dengan aku”, kataku.
“Kamu Aris anaknya Pak Tono?” kata Mbak Yuni 1/2 tidak yakin.
“Ya ampun Ris, saya tidak ngenalin kamu kembali. Berapakah tahun coba kita tidak berjumpa.” Kata Mbak Yuni sekalian merengkuh badanku dan menciumi mukaku.

Saya terkejut 1/2 mati, baru ini kali saya diciumi seorang wanita. Saya rasa buah dadanya menekan dadaku. Ada hati lain ada saat itu.

“Kamu kapan hadirnya, sama siapa” kata Mbak Yuni sekalian melepaskan dekapannya.
“Saya tiba dua hari kemarin, saya cuma sendiri.” kataku.
“Eh iya mari masuk, sampai lupa, mari duduk.” Ucapnya sekalian menyeret tanganku.

Kami selanjutnya duduk di ruangan tamu sekalian mengobrol mana-mana, mahfum lama tidak tetemu. Mbak Yuni duduk berdempetan denganku. Sudah pasti buah dadanya melekat pada lenganku. Saya sedikit terangsang karena ini, tetapi saya coba hilangkan pikiran ini karena Mbak Yuni telah saya kira sebagai keluarga sendiri.

“Eh iya sampai lupa buatkan kamu minum, kamu tentu haus, sesaat ya..” kata Mbak Yuni ditengah-tengah perbincangan.

Selang beberapa saat dia tiba, “Mari ini diminum”, kata Mbak Yuni.

“Kok sepi, pada ke mana Mbak?” Tanyaku.
“Oh kebenaran Mas Heri (suaminya Mbak Yuni) pergi kerumah orang tuanya, ada kepentingan, gagasannya esok pulangya dan sang Dani (anaknya Mbak Yuni) turut” jawab Mbak Yuni.
“Belum mempunyai Adik Mbak dan Mbak Yuni kok tidak turut?” tanyaku kembali.
“Belum Ris walau sebenarnya sudah ingin lho.. tetapi memang dapatnya lama mungkin ya, seperti sang Dani dahulu. Mbak Yuni mengurusi rumah menjadi tidak dapat turut” ucapnya.
“Eh kamu nginep di sini kan? Mbak masih rindu lho dengan kamu” ucapnya kembali.
“Iya Mbak, barusan telah pamit kok” kataku.
“Kamu mandi dahulu sana, nanti terburu dingin” kata Mbak Yuni.

Lantas saya pergi mandi ada di belakang rumah dan sesudah usai saya lihat-lihat kolam ikan ada di belakang rumah dan kusaksikan Mbak Yuni giliran mandi. Lebih kurang lima belas menit, Mbak Yuni usai mandi dan saya kaget karena dia cuma kenakan handuk yang dililitkan di badannya. Saya pastikan dia tidak menggunakan BH dan mungkin CD karena tidak saya saksikan tali BH menggantung di bahunya.

“Sayang Ris ikannya tetap kecil, tidak dapat buat lauk” kata Mbak Yuni sekalian mengambil langkah ke arahku lantas kami bercakap sesaat mengenai kolam ikannya.

Kusaksikan buah dadanya sedikit menyembul dari bebatan handuknya dan ditambahkan berbau wangi badannya membuatku terangsang. Selang beberapa saat dia pamit ingin mengganti pakaian. Mataku tidak lepas memerhatikan badan Mbak Yuni dari belakang. Kulitnya betul-betul putih. Sepasang pahanya putih mulus kelihatan terang membuat burungku berdiri. Ingin rasanya saya lepas handuknya lantas meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan burungku seperti pada bokep yang kerap saya saksikan. Sesaat saya berangan-angan lantas kucoba hilangkan angan-angan tersebut.

Haripun ganti petang, udara dingin pegunungan mulai berasa. Sesudah makan malam kami menonton teve sekalian bercakap beberapa hal, sampai tidak berasa telah jam sembilan.

“Ris kelak kamu tidur dengan aku ya, Mbak rindu lho ngeloni kamu” kata Mbak Yuni.
“Apa Mbak?” Kataku kaget.
“Iya.. Kamu kelak tidur dengan aku saja. Inget tidak dahulu waktu kecil saya kerap ngeloni kamu” ucapnya.
“Iya Mbak saya inget” jawabku.
“Nach mari tidur, Mbak sudah mengantuk nih” kata Mbak Yuni sekalian bergerak mengambil langkah ke ruang tidur dan saya meng ikutinya dari belakang, pikiranku bercita-cita ngeres. Sampai dikamar tidur saya masih sangsi untuk naik ke tempat tidur.
“Mari menjadi tidur tidak?” bertanya Mbak Yuni.

Lantas saya naik dan berbaring disebelahnya. Saya deg-degan. Kami masih bercakap sampai jam 10 malam.

“Tidur ya.. Mbak sudah mengantuk sekali” kata Mbak Yuni.
“Iya Mbak” kataku meskipun sebetulnya saya belum mengantuk karena pikiranku makin ngeres saja terpikir-bayang panorama menarik sore barusan, apalagi sekarang Mbak Yuni terbujur di sampingku, kurasakan burungku mengeras.

Saya melihat ke Mbak Yuni dan kusaksikan dia sudah tertidur pulas. Dadaku makin berdebar-debar kuat tidak tahu apakah yang harus saya kerjakan. Ingin saya masturbasi karena tidak tahan, ingin saya merengkuh Mbak Yuni dan nikmati badannya, tetapi itu mustahil pikirku. Saya berusaha hilangkan pikiran kotor itu, tetapi masih tetap tidak dapat sampai jam 11 malam. Lantas saya putus kan untuk menyaksikan paha Mbak Yuni sekalian saya masturbasi karena kebingungan dan sudah tidak kuat kembali.

Dengan dada berdebar saya membuka selimut yang tutupi kakinya, selanjutnya dengan perlahan-lahan saya singkapkan roknya sampai celana dalam hitamnya terlihat, dan kelihatanlah sepasang paha putih mulus dimukaku beitu dekat dan terang. Sebelumnya saya cuma ingin menyaksikannya saja sekalian berangan-angan dan lakukan masturbasi, tapi saya ingin rasakan bagaimana meraba-raba paha seorang wanita tetapi saya takut jika ia terjaga. Kurasakan burungku naik-lonjak seolah ingin menyaksikan apa yang membuat terjaga. Karena telah terkuasai gairah pada akhirnya saya nekad, kapan kembali jika tidak saat ini pikirku.

Dengan berhati-hati saya mulai meraba-raba paha Mbak Yuni di atas lutut lantas keatas, berasa lembut sekali dan kulakukan seringkali. Karena makin ingin tahu saya coba meraba-raba celana dalamnya, tapi mendadak Mbak Yuni terjaga.

“Aris! Apa yang kamu kerjakan!” kata Mbak Yuni secara kaget.

Dia lantas tutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lantas duduk sekalian menampar pipiku. Berasa sakit sekali.

Itil V3
“Kamu kok berani melakukan perbuatan kurang ajar pada Mbak Yuni. Siapakah yang ngajari kamu?” kata Mbak Yuni dengan geram.

Saya cuma dapat diam dan merunduk takut. Burungku yang semula demikian gagah saya rasa langsung menjadi kecil seolah lenyap.

“Tidak kusangka kamu dapat lakukan hal tersebut padaku. Awas kelak kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu” kata Mbak Yuni.
“Ja.. jangan Mbak” kataku ketakutan.
“Mbak Yuni kan salah” kataku kembali bela diri.
“Apa tujuanmu?” bertanya Mbak Yuni.

“Mbak Yuni tetap memandang saya anak kecil, walau sebenarnya saya kan sudah besar Mbak, telah lebih dari 17 tahun. Tetapi Mbak Yuni tetap perlakukan saya waktu seperti saya masih kecil, gunakan ngeloni saya Trus barusan sore , habis mandi Mbak Yuni cuma menggunakan handuk saja dimukaku. Saya kan lelaki normal Mbak” jelasku.

Kusaksikan Mbak Yuni cuma diam saja, lantas saya punya niat keluar kamar.

“Mbak.. izin, agar saya tidur saja di dalam kamar samping” kataku sekalian turun dari tempat tidur dan jalan keluar.

Mbak Yuni cuma diam saja. Sampai di dalam kamar samping saya rebahkan badanku dan menyumpahi diriku yang melakukan perbuatan bodoh dan memikirkan apa yang hendak terjadi esok. Lebih kurang 15 menit selanjutnya kudengar pintu kamarku diketok.

“Ris.. kamu masih bangun? Mbak bisa masuk tidak?” Kedengar suara Mbak Yuni di luar.
“Ya Mbak, silahkan” kataku sekalian berpikiran ingin apa ia.

Mbak Yuni masuk kamarku lantas kami duduk di pinggir tempat tidur. Saya saksikan mukanya tidak geram kembali.

“Ris.. Maafkan Mbak ya sudah nampar kamu” ucapnya.
“Semestinya saya yang meminta maaf sudah kurang ajar sama Mbak Yuni” kataku.
“Tidak Ris, kamu tidak salah, sesudah Mbak berpikir, apa yang kamu ucapkan barusan betul. Karena lama tidak berjumpa, Mbak masih memandang kamu seorang anak kecil seperti dahulu saya ngasuh kamu. Mbak tidak mengetahui jika kamu saat ini telah besar” kata Mbak Yuni.

Saya cuma diam dalam hatiku merasa lega Mbak Yuni tidak geram kembali.

“Ris, kamu benar ingin sama Mbak?” bertanya Mbak Yuni.
“Tujuan Mbak?” kataku kaget sekalian melihati mukanya yang kelihatan bagitu manis.
“Iya.. Mbak kan sudah tidak muda kembali, masa’ sich kamu tetap tertarik dengan aku?” ucapnya kembali.

Saya cuma diam, takut salah bicara dan membuat geram kembali.

“Tujuan Mbak.., jika kamu benar ingin sama Mbak, saya ikhlas kok melakukan sama kamu” ucapnya kembali.

Dengar hal tersebut saya tambah kaget, seolah tidak yakin.

“Apa Mbak” kataku kaget.
“Bukan apapun Ris, kamu jangan berpikir enggak-enggak sama Mbak. Ini cuma untuk memberikan keyakinan Mbak jika kamu sudah dewasa dan lain waktu tidak memandang kamu anak kecil kembali” kata Mbak Yuni

Kembali lagi saya cuma diam, seolah tidak yakin. Ingin saya menjelaskan iya, tetapi takut dan malu. Ingin menampik tetapi kupikir kapan kembali peluang semacam ini yang sejauh ini cuma dapat saya pikirkan.
“Bagaimana Ris? Tetapi sekali saja ya.. dan kamu harus janji ini jadi rahasia kita berdua” kata Mbak Yuni.
Saya cuma menggangguk kecil pertanda jika saya ingin.
“Kamu tentu tidak pernah kan?” kata Mbak Yuni.
“Belum Mbak, tetapi sebelumnya pernah saksikan di film” kataku.
“Jika demikian saya tidak perlu ngajari kamu kembali” kata Mbak Yuni.

Mbak Yuni lantas melepas pakaiannya dan kelihatanlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, saya diam sekalian memerhatikan, birahiku mulai naik. Lantas Mbak Yuni melepas roknya dan paha mulus yang saya gerayangi barusan kelihatan. Tangannya ditujukan ke belakang bahu dan BH itu juga lepas, sepasang buah dada memiliki ukuran sedang kelihatan benar-benar cantik dipadukan puting susunya yang muncul ke depan. Mbak Yuni lantas melepas CD hitamnya dan sekarang dia sudah telanjang bundar. Penisku berasa tegang karena baru pertama ini kali saya menyaksikan wanita telanjang langsung di depanku. Dia naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya telentang. Saya demikian kagum, pikirkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah tiduran di tempat tidur pas di depanku. Saya terheran dan sangsi untuk melakukan.

“Mari Ris.. apa yang kamu nantikan, Mbak udak siap kok, jangan takut, kelak Mbak tolong” kata Mbak Yuni.

Selekasnya saya melepas semua bajuku karena sebetulnya saya tidak tahan kembali. Kusaksikan Mbak Yuni memerhatikan burungku yang berdenyut, saya lantas naik ke atas tempat tidur. Karena tidak sabar,langsung saya mengawalinya. Langsung saya kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, berasa dia kurang melayani bibirku, kupikir mungkin suaminya sebelumnya tidak pernah melakukan, tetapi tidak saya pedulikan, terus saya lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lantas saya elus-elus dan remas buah dadanya sekalian kadang-kadang melintir puting susunya.

“Ooh.. Ris.. apa yang kau kerjakan.. ergh.. sshh..” Mbak Yuni mulai mendesah pertanda birahinya mulai naik, kadang-kadang kurasakan dia menelan ludahnya yang mulai mengental. Sesudah senang dengan bibirnya, sekarang mulutku kuarahkan ke bawah, saya ingin rasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sesaat saya pandangi buah dada yang sekarang pas ada di hadapanku, ooh benar-benar cantiknya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti tidak pernah tersentuh lelaki. Langsung saya jilati dimulai dari bawah lantas ke putingnya, dan buah dada kanannya masih tetap kuremas-remas hingga tambah kenyal dan mengeras.
“Emmh oh aarghh” Mbak Yuni mendesah luar biasa saat saya menggigit puting susunya.

Kulirik mukanya dan kelihatan matanya merem terbuka dan giginya menggigit bibir bawahnya. Sekarang jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disitu kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekitar memeknya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, berasa lubang itu sangat basah, pertanda jika dia telah betul-betul terangsang. Kupermainkan jari-jariku sekalian cari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku masuk keluar dalam lubang yang makin licin itu.

“Aargghh.. eemhh.. Ris kam.. mu ngapainn oohh..” kata Mbak Yuni meracau tidak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan tubuhnya mengeliat-geliat. Tidak kupedulikan ucapannya. Badan Mbak Yuni makin mengelinjang terkuasai gairah birahi. Kuarasakan badan Mbak Yuni menegang dan kusaksikan mukanya memeras bercucur keringat, kupikir ia mau klimaks. Kupercepat pergerakan jariku didalam memeknya.

“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Mbak Yuni dengan napas terengah-engah dan mendadak..
“Oohh aahh..” Mbak Yuni mendesah luar biasa dan pinggulnya terangkut, tubuhnya tergetar luar biasa seringkali. Berasa cairan hangat penuhi memeknya.
“Ohh.. ohh.. emhh..” Mbak Yuni tetap mendesah-desah menghayati kepuasan yang baru dicapainya.
“Ris apa yang kamu kerjakan kok Mbak dapat seperti begini” bertanya Mbak Yuni.
“Mengapa emangnya Mbak? Kataku.
“Baru ini kali saya rasakan nikmat semacam ini, hebat” kata Mbak Yuni.

Dia lantas menceritakan jika sepanjang bersama suaminya dia sebelumnya tidak pernah memperoleh kepuasan, karena mereka cuma sesaat saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat usai.

“Mbak saat ini giliranku” kubisikkan ditelinganya, Mbak Yuni menggangguk kecil.

Saya mulai mencumbunya kembali. Kulakukan seperti barusan, dimulai dari bibirnya yang kulumat, lantas buah dadanya yang saya cicipi, tidak lupa jari-jariku kupermainkan di saat memeknya.

“Aarghh.. emhh.. ooh..” kedengar Mbak Yuni mulai mendesah-desah kembali pertanda dia sudah terangsang.

Sesudah saya rasa cukup, saya ingin selekasnya rasakan bagaimana rasanya menusukkan burungku ke saat memeknya. Saya menjajarkan badanku di atas badannya dan Mbak Yuni tahu, dia lantas mengangkangkan pahanya dan kuarahkan burungku ke memeknya. Setelah tiba dimukanya saya sangsi untuk melakukan.

“Mari Ris jangan takut, masukkan saja” kata Mbak Yuni.

Pelan-pelan saya masukan burungku sekalian kunikmati, bless berasa nikmat waktu itu. Burungku gampang saja masuk memeknya karena sangat basah dan licin. Sekarang mulai kugerakkan pinggulku turun naik pelan-pelan. Ohh enaknya.

“Bisa lebih cepat Ris arghh.. emhh” kata Mbak Yuni terputus-putus dengan mata merem-melek.

Saya mempercepat pergerakanku dan kedengar suara berkecipak dari memeknya.

“Iya.. demikian.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Mbak Yuni berbicara tidak karuan.

Keringat kami bercucur deras sekali. Kusaksikan mukanya makin memeras.

“Ris, Mbak ingin.. sedap kembali.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Mbak Yuni sekalian mendesah panjang, badannya tergetar dan kurasakan memeknya disanggupi cairan hangat menyirami penisku.

Remasan dinding memeknya demikian kuat, aku juga mempercepat pergerakanku dan.. croott.. aku juga capai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di saat memeknya. Kurasakan nikmat yang hebat, berulang-kali lebih nikmat dibanding saat saya masturbasi. Saya dekap badannya erat-erat sekalian mengecup puting susunya nikmati kepuasan seks yang sebenarnya yang baru saya rasa pertama kalinya dalam hidupku. Sesudah cukup kumenikmatinya saya cabut burungku dan merebahkan tubuhku disampinya.

“Mbak Yuni, terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sekalian kukecup pipinya.
“Mbak Ris.. baru ini kali Mbak merasa kan kepuasan semacam ini, kamu luar biasa” kata Mbak Yuni lantas mengecup bibirku.

Kami berdua lantas tidur karena kecapaian.

Kurang lebih jam 3 pagi saya terjaga dan merasa haus sekali, saya ingin cari minum. Saat saya baru ingin turun dari tempat tidur, Mbak Yuni terjaga.

“Kamu ingin ke mana Ris..” ucapnya.
“Saya ingin mencari minum, saya haus. Mbak Yuni ingin?” Kataku.

Dia cuma menggangguk kecil. Saya mengambil selimut untuk tutupi anuku lantas saya ke dapur dan kuambil sebotol air putih.

“Ini Mbak minumnya” kataku sekalian kusodorkan satu gelas air putih.

Saya duduk di pinggir tempat tidur sekalian melihati Mbak Yuni yang badannya tertutupi selimut minum air yang kuberikan.

“Ada apakah Ris, kok kamu melihati Mbak” ucapnya.
“Ah tidak Papah. Mbak elok” kataku sedikit membujuk.
“Ah kamu Ris, dapat saja, Mbak kan sudah tua Ris” kata Mbak Yuni.
“Benar kok, Mbak justru semakin elok saat ini” kataku sekalian kukecup bibirnya.
“Ris.. bisa tidak Mbak meminta suatu hal” kata Mbak Yuni.
“Meminta apa Mbak?” tanyaku ingin tahu.
“Ingin tidak kamu jika..” kata Mbak Yuni berhenti.
“Jika apa Mbak?” kataku penuh tanda pertanyaan.
“Jika.. jika kamu emm.. melakukan kembali” kata Mbak Yuni dengan malu sekalian merunduk, kelihatan pipinya memeras.
“Lho.. ucapnya barusan, sekali saja ya Ris.., tetapi saat ini kok?” kataku memikatnya.
“Ah kamu, kan barusan Mbak tidak ngira akan seperti begini” ucapnya manja sekalian mencubit lenganku.
“Dengan suka hati saya akan layani Mbak Yuni” kataku.

Sebetulnya saya baru ingin ajaknya kembali, e.. justru ia lebih dulu. Rupanya Mbak Yuni suka. Memang betul bila seorang wanita sebelumnya pernah merasa senang, ia sendiri yang hendak minta. Kami mulai bercumbu kembali, ini kali saya ingin nikmati dengan dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati tiap inch badannya, karena sekarang saya tahu Mbak Yuni juga ingin. Seperti barusan, pertama kali bibirnya yang kunikmati. Dengan penuh kehalusan saya melumat-lumat bibir Mbak Yuni.

Saya semakin berani, kugunakan lidahku untuk memotong bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak Yuni mulai berani, lidahnya dimainkan hingga lidah kami sama-sama beradu, membuatku makin kerasan saja lama-lama nikmati bibirnya. Tanganku seperti barusan, bekerja di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal dimulai dari lembah sampai ke pucuknya lantas saya pelintir putingnya hingga membuat menggelinjang dan mengelinjang. Dua bukit kembar itu juga makin mengeras. Dia menggigit bibirku saat kupelintir putingnya.

Saya telah senang dengan bibirnya, sekarang mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan cepat lidahku menari-nari di atas bukitnya yang putih mulus tersebut. Tanganku masih tetap meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kusaksikan mata Mbak Yuni benar-benar redup, dan dia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya keluarkan desahan erotis.

“Oohh.. arghh.. en.. ennak Ris.. emhh..” kata Mbak Yuni mendesah-desah.

Mendadak tangannya menggenggam tanganku yang meremas-remas dadanya dan menggeretnya ke selangkangannya. Saya memahami apa yang diinginnya, ternyata dia ingin saya selekasnya permainkan memeknya. Jari-jarikupun selekasnya bergerilya di memeknya. Kugerakkan jariku masuk keluar dan kuelus-elus klentitnya membuat makin menggeliat tidak karuan.

“Ya.. terruss.. aarggghh.. emmhh.. sedap.. oohh..” mulut Mbak Yuni meracau.

Setiap Mbak Yuni berasa ingin capai klimaks, saya stop jariku menyerang memeknya, sesudah ia cukup tenang, saya mempermainkan kembali memeknya, kulakukan seringkali.

“Emhh Ris.. mari donk jangan demikian.. kau jahat oohh..” kata Mbak Yuni meminta.

Dengarnya membuatku merasa kasihan , tetapi saya tidak membuat klimaks dengan jariku tapi dengan mulutku, saya betul-betul ingin coba semua yang dulu pernah saya saksikan di bokep.

Selekasnya saya tujukan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekitar memeknya dan kelihatanlah memeknya yang merah dan mengkilat basah, benar-benar cantik karena baru ini kali menyaksikannya. Saya cukup sangsi untuk melakukan, tapi rasa penasaranku seperti apakah sich rasanya menjilat-jilati memek semakin lebih besar. Selekasnya saya jilati lubang itu, lidahku kujulurkan masuk keluar.

“Ris.. apa yang kamu kerjakan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Mbak Yuni.

Dia kaget saya memakai mulutku untuk menjilat-jilati memeknya, tetapi saya tidak hiraukan ucapannya. Saat lidahku sentuh kelentitnya, dia mendesah panjang dan badannya menggelinjang tidak karuan dan selang beberapa saat badannya tergetar seringkali, tangannya mencekram sprei dan mulutku dipenuhi cairan yang keluar lubang kewanitaannya.

“Ohmm.. emhh.. ennak Ris.. aahh..” kata Mbak Yuni saat dia klimaks.

Sesudah Mbak Yuni usai nikmati kepuasan yang didapatnya, saya mencumbunya lagi kembali karena saya ingin capai kepuasan.

“Giliran Mbak di atas ya saat ini” kataku.
“Bagaimana Ris saya tidak tahu” kata Mbak Yuni.

Dibanding saya menerangkan, langsung saya praktikkan. Saya tidur terlentang dan Mbak Yuni saya suruh mengambil langkah di atas burungku, nampaknya dia mulai memahami. Tangannya menggenggam burungku yang tegang luar biasa lantas pelan-pelan pinggangnya di turunkan dan memeknya ditujukan ke burungku dan dalam waktu cepat bless burungku lenyap ditelan memeknya. Mbak Yuni lantas mulai lakukan pergerakan turun naik, dia angkat pinggangnya dan saat sampai di kepala penisku dia turunkan kembali. Sebelumnya dia perlahan-lahan tetapi dia sekarang mulai percepat pergerakannya.

Kusaksikan mukanya sarat dengan keringat, matanya sayu sekalian merem terbuka dan kadang-kadang dia menyaksikan kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sangat seksi muka wanita yang terkuasai gairah birahi dan sedang berusaha untuk capai pucuk kepuasan. Muka Mbak Yuni kelihatan benar-benar elok semacam itu ditambah lagi dengan rambut sebahunya yang kelihatan berantakan terombang ambing pergerakan kepalanya. Buah dadanya juga terbuncang-guncang, lantas tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras saat jari-jariku melintir puting susunya.

“Oh emhh yaah.. ohh..” tersebut kata-kata yang keluar mulut Mbak Yuni.
“Saya tidak kuat kembali Ris..” kata Mbak Yuni sekalian stop gerakkan tubuhnya, saya tahu dia selekasnya capai klimaks.

Kurebahkan tubuhnya dan saya selekasnya memompa memeknya dan selang beberapa saat Mbak Yuni capai klimaks. Kuhentikan pergerakanku untuk biarkan Mbak Yuni nikmati kepuasan yang didapatnya. Kemudian saya cabut penisku dan kusuruh Mbak Yuni menungging lantas kumasukkan burungku dari belakang. Mbak Yuni kelihatan cuma pasrah saja pada apa yang saya kerjakan padanya. Dia cuma dapat mendesah kepuasan.

Sesudah senang dengan posisi ini, saya suruh Mbak Yuni tiduran kembali dan saya masukan kembali burungku dan memompa memeknya kembali karena saya ingin sekali akhirinya. Sesaat selanjutnya Mbak Yuni ingin klimaks kembali, mukanya memeras, badannya menggeliat ke sana kesini.

“Ahh.. oh.. Mbak ingin sedap kembali Ris.. arrghh ahh..” kata Mbak Yuni.
“Nantikan Mbak, ki kita bersama saya nyaris” kataku.
“Mbak sudah tidak tahan Ris.. ahh..” kata Mbak Yuni sekalian mendesah panjang, badannya tergetar luar biasa, pinggulnya terangkut naik. Cairan hangat menyirami burungku dan kurasakan dinding memeknya seolah-olah mengisap penisku demikian kuat dan pada akhirnya aku juga tidak kuat dan croott.. aku juga capai klimaks, oh my god enaknya hebat. Lantas kami sama-sama berangkulan kuat nikmati kepuasan yang barusan kami capai.

 

MONA4D

Artikel Bokep

Create Account



Log In Your Account